PARTAI BULAN BINTANG GARUT

Sabtu, 27 Juli 2013

MAKNA KESEMPURNAAN ISLAM DAN EMPIRISASI KESUKSESAN RASULULLAH MUHAMMAD SAW

Oleh: DR. Fuad Amsyari (Ketua Dewan Kehormatan Partai DPP-PBB) Dalam al Qur’an secara eksplisit disebutkan bahwa Islam itu ajaran yang sempurna (al Qur’an surat al Maidah ayat 3). Sering dipertanyakan di mana kesempurnaan agama Islam jika misalnya di banding dengan ajaran lain? Sebagai muslim yang mestinya selalu berusaha kian memahami Islam tentu diharapkan bisa menjawab pertanyaan seperti itu. Jika tidak mampu mendapat jawabannya bisa saja agama Islam yang dipeluknya lalu disamakan kualitasnya dengan ajaran lain, hanya beda sisi ‘ritualnya’, misalnya Islam ke mesjid dan yang lain ke tempat penyembahan yang berbeda. Kasus seperti itu kini sedang marak karena ada yang mempropagandakan dengan dana besar, yakni menyamakan Islam dengan ajaran lain sehingga hidup menjadi tanpa arah yang jelas. Pemeluk Islam yang encer seperti itu akan mudah terperangkap jebakan musuh Islam, yang memang ingin umat tidak berkarakter dan menjadi busa dipercaturan masyarakat plural. Ajaran liberalisme dibentuk dan disebarkan bertujuan menggerogoti umat Islam yang memiliki ajaran amat spesifik. Misi ideologinya menganggap semua agama sama saja, menjadi muslim atau menjadi pemeluk agama apapun di dunia, yang penting mengakui adanya tuhan. Pandangan liberalisme itu secara dialektik malah bisa menguatkan ateisme, karena berujung beragama dengan tidak beragama menjadi tidak banyak bedanya. Di Amerika Serikat yang getol dengan faham liberalisme kini juga terlanda ateisme terselubung, di mana menurut survey sosial-politik Pew terbaru menunjukkan jumlah penduduk Amerika Serikat yang tidak beragama kian besar, yakni 20%. Astaghfirullah, semoga Allah SWT melindungi umat Islam dari godaan syetan.

Pada sisi lain, Rasulullah Muhammad SAW juga dikenal sebagai orang yang  teramat berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Hal itu diakui bukan saja oleh umat Islam namun juga oleh banyak kalangan non-Islam. Dalam buku Michael Hart “The 100 Most Influencial Persons in History” disebutkan bahwa Muhammad (maksudnya Nabi Muhammad) terpilih menjadi tokoh nomor pertama, baru Newton, lalu Yesus dan lain2nya. Penulis menempatkan Muhammad dalam urutan  paling berpengaruh karena besarnya jumlah penganut ajarannya dan kemurnian peran individual dia yang mampu merubah banyak pemikiran manusia lain. Dijelaskan oleh penulis walau ajaran Yesus juga banyak yang menganut namun substansi ajaran agamanya banyak dikembangkan oleh orang lain, berbeda dengan Muhammad yang membentuk membentuk ajaran khas Islam keseluruhannya.
Kehebatan pengaruh Nabi Muhammad dalam kehidupan manusia tersebut sering menjadi pertanyaan apa gerangan rahasianya. Banyak yang berpendapat karena beliau adalah seorang nabi sehingga sudah dijamin atau ditaqdirkan sukses. Jawaban seperti itu tidak salah namun lalu tidak bisa ditiru oleh manusia lain manapun sesudahnya karena tidak akan ada nabi baru setelah nabi Muhammad itu. Jawaban seperti itu tentu tidak memberi nuansa edukatif kepada umat bagaimana seharusnya menjalani hidup itu supaya bisa sukses besar, mendekati sukses beliau. Jawaban semacam itu  bisa dikategorikan jawaban ‘non-empiris’, jawaban keghoiban, jawaban supranatural yang tidak bisa dijadikan pelajaran bagi manusia lain. Tentunya  manusia pada umumnya dan umat Islam secara khusus perlu mencoba mencari jawaban yang diluar keghoiban juga, jawaban empiris atau sahadah, kreatif menganisis dengan mendalam akan kesuksesan Nabi itu supaya bisa ditiru prosesnya oleh manusia lain. Inilah pendekatan rasional tentang suatu kasus kesuksesan yang bisa menjadi acuan atau percontohan pada manusia, khususnya umat Islam yang memeluk ajaran agamanya. Analisis yang bersifat di luar keghoiban itu bisa disebut sebagai EMPIRISASI KESUKSESAN NABI. Manusia perlu terus menyempurnakan analisisnya sehingga kesuksesan nabi itu lalu bisa dicontoh oleh manusia sesudahnya yang ingin sukses hidupnya mendekati sukses yang berhasil dicapai nabi.
Dari kajian analisis empiris yang dilakukan secara berkelanjutan maka para cendekiawan muslim akan semakin mendekati kebenaran yang ada terkait sebab empiris keberhasilan nabi dan bisa mengantar manusia yang mengikuti prinsip tersebut untuk memperoleh manfaat besar dalam kehidupannya. Dari pendekatan itu pula akan bisa terkuak betapa berbedanya Islam dengan ajaran agama lain, yang akhirnya menjadi mudah difahami secara rasional makna kesempurnaan agama Islam untuk bekal  manusia memperoleh kejayaan dunia-akherat.
Berikut ini analisis yang diharapkan bisa menghantar pada pemahaman rasional akan kesuksesan nabi Muhammad SAW dan makna kesempurnaan Islam untuk keberhasilan hidup manusia di dunia dan akherat. Minimal ada 3 (tiga) prinsip yang menjadi  kunci suksesnya Nabi Muhammad SAW secara empiris yang bisa ditiru oleh manusia manapun (yang tidak menjadi nabi).
1. IDE KHAS APA MAKNA MANUSIA YANG BAIK, SEBAGAI: a) PRIBADI, b) KELUARGA, c) MASYARAKAT-BANGSA-NEGARA
Rasulullah jelas memiliki ide khas apa kriteria ‘manusia baik’, dalam skala individu, satuan keluarga, dan juga dalam  tatanan masyarakat-bangsa-negara. Banyak ajaran agama yang memiliki kriteria manusia baik namun hanya pada skala individu saja, tidak menyangkut kriteria bagaimana keluarga yang baik dan bagaimana sebuah tatanan bangsa-negara yang baik. Dari keberadaan lingkup ide ini saja  sudah bisa dibedakan kualitas Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Belum lagi jika ditinjau dari substansi tentang ciri kualifikasi baik itu sendiri, kualitas kriterianya dan nilai kemanfaatannya.
Jika suatu ajaran memiliki ide khas apa itu manusia baik, walau tidak menyeluruh, bisa saia ide khas tersebut lalu diikuti oleh orang lain. Katakanlah seseorang yang memiliki ide ‘tidak ada tuhan sehingga bebas melakukan apapun asal sesuai perilaku nenek moyang’, tentu bisa saja  berpengaruh dan banyak diikuti oleh orang lain. Atau ide bahwa seorang individu itu akan dekat dengan tuhan dan menjadi terbimbing hidupnya jika mau melakukan ritual tertentu (sebutlah dengan  acak, misalnya dengan cara melaparkan perutnya selama tiga hari tiga malam berturut-turut disertai menyendiri di tempat sunyi)  maka bisa saja pemikiran tersebut dipercaya orang lain dan jadilah dia seseorang yang memiliki pengaruh. Begitulah salah satu alternatif proses kelahiran ‘agama’ baru dan dia lalu menjadi pemimpinnya Banyak kasus menunjukkan kalau ide itu berkaitan dengan tuhan maka sifatnya hanya sebatas skala individu dan terkait tata-cara ritual. Untuk pembenar idenya maka si pencetus bisa memakai berbagai modus, dikatakan dari ‘mimpi’ atau memiliki hubungan khusus dengan malaikat, peri, roh, bahkan dengan tuhan sendiri. Jika cara menyampaikan idenya meyakinkan maka akan ada saja orang percaya dan menjadi pengikut setianya. Dari banyak pengalaman adanya kasus ‘agama’ seperti itulah lalu lahir suatu pendapat umum bahwa agama itu hanyalah menyangkut masalah pribadi dan ritual.
Kadangkala ide khas tentang makna individu baik juga dikaitkan dengan beberapa bentuk perilaku pribadi terbatas seperti jujur, bicara lembut, dan semacamnya. Kadang pula dikembangkan beberapa ciri umum keluarga yang baik seperti hubungan yang spesifik antara suami-isteri ideal, namun tidak lengkap, apalagi jika si pemrakarsa ide keluarga baik itu sendiri tidak berkeluarga. Bisa juga lalu lahir konsep khas cara kawin, cara mendidik anak, warisan harta jika mati, dan sekitar itu oleh rekaan semata.
Mengajak untuk mengikuti konsep khas bagaimana sebuah ritual keagamaan dan bagaimana berkeluarga yang khas umumnya tidak sulit karena hanya melibatkan orang per orang atau sebuah keluarga yang beranggautakan tidak banyak (umumnya dua sampai lima-enam orang). Ajaran beritual pribadi atau berkeluarga secara khas bisa berkembang relatif mudah. Tentu mudah terjadi resistensi penyebaran ide berkeluarga yang baik jika pencetus idenya sendiri tidak berkeluarga. Jika ajaran agama itu dirasa perlu memasukkan adanya ide model berkeluarga maka sebaiknya ada orang lain yang sudah berkeluarga untuk menambahkan ide keluarga baik. Penambah ide tentunya merasa cukup berpredikat menjadi pendukung dekat pencetus ide “ritual” yang ternyata mendapat simpati banyak orang. Dengan kata lain, orang bisa menumpangkan ide keluarga baik yang direkanya ke pemilik ide ritual orang lain. Pencetus ide tambahan sudah puas menempati posisi sebagai pendamping utama si pemilik ide pertama (individu baik) yang sukses.
Ide khas dalam kehidupan manusia juga bisa menyangkut pada ide tentang  tatanan masyarakat-bangsa-negara yang dikiranya baik. Tnetunya si pemilik ide tersebut perlu menjabarkan secara jelas bagaimana struktur dan mekanisme kerja suatu tatanan negara yang difikirnya ideal itu. Pemilik ide tentang tatanan bangsa-negara (tatanan politk) seperti itu sering malah bisa menjadi tokoh amat terkenal karena ide tatanan negara idealnya. Jika ada orang lain yang tertarik dan bisa menerapkannya dalam suatu realitas sosial maka si pemilik ide dan si pelaksana ide sering menjadi terkenal luas, terlepas apakah ide itu nantinya bermanfaat bagi kemanuisaan atau malah menghancurkan peradaban. Contoh ide khas tentang tatanan sosial ini misalnya  Karl Max dengan “Das Kapital”nya yang mencetuskan ide bahwa masyarakat ideal itu adalah masyarakat komunis. Ide itu lalu berhasil direalisir orang lain sesudah matinya si pencetus sendiri. Ide Karl Mark baru dapat diwujudkan oleh Lenin dengan teman2nya yang berhasil meruntuhkan dinasti kerajaan Rusia dan menggantinya dengan negara dalam konsep yang dibuat Karl Mark. Namun karena bukan si penulis buku sendiri yang memimpin awal terbentuknya Rusia Komunis maka terjadilah berbagai perselisihan internal dalam pembentukannya, seperti antara lain persaingan Lenin dengan Tolstoy yang membawa korban tidak sedikit.
Lahirnya banyak negara dengan ciri khasnya juga sering dimulai dengan adanya ide khas pemikir tentang apa itu negara yang baik, lalu dia dan pengikutnya menerapkan ide tersebut dalam sebuah negara yang dipimpinnya. Kasus Arab Saudi yang dimulai dengan Abdul Aziz yang bekerja sama dengan Muhammad bin Abd Wahab berujung dengan negara memakai  sistem kerajaan dan berpola seperti Saudi sekarang. Hitler dengan kelompok Nazinya juga berhasil membangun tatanan negara yang khas berlandaskan ide tatanan politik dengan filosofi ras Aria adalah ras terungggul. Dari tinjauan empiris ini maka juga bisa dianalisis bagaimana  Nabi Muhammad juga memiliki ide spesifik tentang model tatanan negara yang baik yang lalu memang nyata berhasil menerapkan dan membuktikan baiknya melalui terbangunnya negara Madinah yang semula  tidak ada apa-apanya menjadi mercu suar dunia.
Dari keseluruhan uraian di atas kini mudah diambil kesimpulan bahwa suksesnya orang untuk memiliki pengaruh besar dalam dunia manusia harusnya dia memilki IDE KHAS tentang APA MAKNA MANUSIA BAIK ITU, bisa dalam lingkup terbatas (sebatas Individual-Ritual), bisa pula ide khas untuk keseluruhan lingkup kehidupan manusia, yakni individu, keluarga, dan negara.  Kasus SATU-SATUNYA di dunia yang terkait ide komprehensif tersebut hanyalah Rasulullah Muhammad SAW.
Pengaruh seseorang pada orang lain sudah bisa diperoleh walau hanya sekedar ide untuk lingkup terbatas, seperti kasus ritual saja. Di sisi lain dampak dari ide yang terbatas pada skala individu dan ritual tentu berbeda jika dibanding dengan dampak ide tentang bagaimana tatanan bangsa-negara yang ideal. Dampak tersebut bisa dalam arti ‘kebaikan’ yang  terjadi atau ‘kerusakan’ yang menimpa sekitarnya, amatlah ditentukan oleh kualitas ide tersebut. Bisa saja ada orang punya ide khas tentang tatanan negara yang tatkala diterapkan dalam realitas ternyata menghasilkan kerusakan dan kehancuran ralyat dan bahkan umat manusia di sekitar negara bersangkutan. Kasus Hitler masa lalu, komunisme di era Uni Sovyet, dan Kapitalisme di jaman Amerika Serikat sekarang jelas membawa banyak kerusakan pada umat manusia, seperti ketimpangan sosial, dominasi segelintir manusia atas penderitaaan massal, polusi lingkungan, dan kehancuran akhlak. Di sisi lain, jika ide itu sebatas individual-rirtual jika buruk dan salah maka yang terkena dampak hanya individu yang mengikuti ritual itu.
Nabi Muhammad jika dilihat dari kaca mata seorang manusia jelaslah beliau memiliki ide khas mengenai apa manusia yang baik itu, pada lingkup individu, keluarga, dan bahkan tatanan bangsa-negara. Beliau berhasil mempraktekkannya secara utuh pada ketiga dimensi kehidupan tersebut yang ternyata berdampak amat baik pada kehidupan manusia dan masyarakat. Begitulah penjelasan empiris yang membuat Muhammad menjadi manusia yang memilki pengaruh terbesar di dalam sejarah kemanusiaan.
Terlepas apa substansi ide khas yang dibawa oleh nabi Muhammad kini perlu diulas pula siapa sumber utama ide tersebut. Di sinilah letak kaitan antara ide khas itu dengan agama Islam yang diturunkan Allah SWT untuk manusia melalui hamba dan utusanNya, Muhannad SAW. Haruslah juga ditelusuri mengapa Muhammad mampu memiliki dan melaksanakan ide utuh tersebut. Di sinilah esensi kerasulan, turunnya wahyu dari si pemilik ide sebenarnya, yakni Allah SWT, kepada manusia pilihanNya, Muhammad. Allah SWT menghendaki bahwa melalui Muhammad SAW maka lahir di dunia ini ide tentang kriteria manusia baik itu, apakah skala pribadi, keluarga, dan bangsa-negara. Keyakinan akan ide istimewa tersebut, yang lalu juga dibuktikan dengan kenyataan bahwa ide tersebut operasional, faktual, dan realistik haruslah diimani oleh semua pengikut Nabi Muhammad dan berupaya merealisirnya dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, dan berbangsa-bernegara di tempat masing-masing. Keyakinan seperti itulah yang disebut sebagai IMAN yang utuh. Keimanan sedalam itu kini sepertinya banyak tergerus oleh pengaruh syetan. Banyak orang Islam yang hanya percaya ide baik tentang manusia itu sekedar lingkup pribadi dan ritual, mengabaikan ide benar dan baik tentang pengelolaan bangsa-negara yang dibawa Rasulullah.

2. KETELADANAN HIDUP SESUAI DENGAN IDE YANG DIMILIKI
Ketiadaan keteladan dalam ide khas tentang makna baik dalam kehidupan manusia tentu mengurangi besarnya pengaruh pada orang lain. Dengan kata lain, jika pemilik ide memang bisa mempraktekkan dalam kenyataan sehari-hari sisi praksis dari idenya yang ternyata juga memberi efek positif maka orang akan berbondong-bondong mengikutinya. Itulah yang terjadi pada kasus Rasulullah. Beliau memulai dengan percontohan dengan tegas tidak menyembah patung latta-uzza sebagai tuhan, lalu melakukan ritual khas, berakhlak jujur, amanah, lemah lembut, tegas dalam menegakkan prinsip,  sederhana dalam hidup walau berharta, suka menolong orang, dan berbagai akhlak kariimah lainnya membuat orang lalu memahami ide prototipe  manusia yang baik secara individual. Mereka menghormati, lalu meniru, dan ujungnya meyakini benarnya ide makna baik sebagai individu manusia seperti itu.
Dalam berkeluarga Rasulullah juga menerapkan ide khasnya (sesuai petunjuk Allah SWT), seperti bagaimana memperlakukan istri dan anak2, penuh perhatian pada yang membantu rumah-tangganya, sikap pada tetangga yang santun, dan lain2nya membuat orang tahu makna keluarga sakinah dan mengadopnya sebagai model dalam membentuk kelurganya sendiri.
Ujungnya, dalam proses membangun model tatanan bangsa-negara ideal/khas, Nabi juga melakukan pengelolaan negeri yang dipimpinnya (Madinah) dengan spesifik. Bagaimana bentuk dan penerapan hukum, kebijakan ekonomi, pengembangan budaya, dan pertahanan keamanan yang dikembangkan juga khas, yang kini dikenal sebagai syariat kenegaraan Islam, meliputi kebijakan terkait politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan. Ciri khas pengelolaan bangsa-negara yang dijalankan Rasulullah tidaklah terlepas dari bimbingan Allah SWT. Ciri itu pasti berbeda dengan cara yang dilakukan secara mereka-reka sendiri yang kini disebut sebagai cara sekuler, apakah namanya komunisme, kapitalisme, sosialisme, dan berbagai penamaan lain. Ciri khas pengelolaan bangsa-negara yang Islami itu ternyata memberi dampak positif luarbiasa, mendatangkan keadilan, kemakmuran, kesetaraan, keswejahteraan, kecerdasan, dan kekuatan-kekokohan sosial. Dengan pengelolaan khas Islami itu jadilah negara yang awalnya setitik noktah gersang di padang pasir menjadi negara adidaya menyisihkan dominasi Romawi dan Persia.
Dengan ketiga ide khas yang diterapkan serta dicontohkan langsung oleh beliau dalam aplikasinya maka menjadi sempurnalah percontohan itu. Maka pengaruh yang diakibatkannya menjadi amat besar dalam tatanan kehidupan kemanusia dan peradaban dunia.
Dalam praktek mengikuti tuntunan Nabi banyak orang Islam yang menyimpang. Minimal ada 3 bentuk penyimpangan yang terjadi:
a. Tidak memahami hakekat IMAN yang benar, hanya yakin bahwa Allah tuhannya dan Muhammad utusanNya, tanpa mendalami apa ide khas yang ada di dalam Islam untuk diyakini baiknya bagi manusia dan lalu dipraktekkan, baik sebagai individu, keluarga, maupun cara mengelola bangsa-negara.
b. Memahami keberadaan kekhasan ide Islam, tapi sebatas tentang kehidupan individu, maksimal dalam berkeluarga, sehingga umat lalu terjerumus terkungkung dalam tatanan sosial-politik yang rusak dan merongrong keimanannya,
c. Menyimpang jauh dari ide khas Islam tentang kehidupan manusia yang baik dan malah membuat ide-ide baru yang lalu diatas-namakan Islam,  seperti mengada-ada ritual tambahan, bahkan mengaku sudah dekat dengan tuhan, berlagak menjadi wali, sehingga tidak perlu lagi menjalankan ritual Islam yang baku seperti shalat, padahal nabi sampai akhir hayatnyapun tetap shalat.

3. PERJUANGAN SUNGGUH-SUNGGUH (JIHAD) DAN ADANYA ORGANISASI POLITIK TERKAIT IDEOLOGINYA  (HIZBULLAH)
Upaya menerapkan ide khas tentang kehidupan pribadi sepertinya tidak sulit, cukup hanya dengan mengajak orang memahami idenya dan memberi contoh melaknasakannya. Begitu pula upaya menyelamatkan keluarga orang lain supaya menjadi keluarga yang bahagia, tidak berantakan, bisa dilakukan dengan pendekatan penasehatan pada keluarga yang bersangkutan tentang ciri/kriteria khas keluarga ideal dan memberi percontohan dengan keluarganya sendiri.

Nah, yang berat atau sulit adalah jika menyangkut tatanan sosial, ide khas bagaimana tatanan bangsa-negara yang ideal, mampu mendatangkan kesejahteraan pada rakyat dan peradaban tinggi manusia. Ide khas tentang model tatanan sosial bisa saja dibuat namun untuk bisa menerapkannya tidak cukup dengan nasehat atau penyebaran ide itu melalui ceramah-khotbah,  namun perlu ada gerakan sosial yang dimotori oleh kelompok politik yang solid  akan menerapkan ide kenegaraan tersebut. Itu terjadi pada kasus tegaknya komunisme di Uni Sovyet, Nazi di Jerman, Partai Politik di Amerika Serikat, dll. Dengan adanya kelompok solid disertai adanya aktifitas perjuangan sungguh-sungguh (dalam bentuk kelompok, tidak lagi sekedar individual) maka ide khas itu potensial bisa ditegakkan. Namun sebelum ada gerakan itu tentu sudah harus berbentuk kelompok politik yang solid. Dalam ajaran Islam, perjuangan yang sungguh-sungguh untuk penerapan Islam sebagai ide khas tentang makna manusia yang baik dikenal sebagai JIHAD FIE SABILILLAH, sedang kelompok sosial yang solid mau menerapkan syariat kenegaraan Islam dalam suatu negeri disebut al Qur’an sebagai HIZBULLAH atau Partai Allah, atau Partai berasaskan Islam.   Dengan semangat dan aktifitas jihad disertai adanya sarana Partai Islam itulah maka barulah bisa diterapkan ide khas dalam pengelolaan bangsa-negara untuk menjadikan raklyat mencapai kondisi makmur, maju, aman-sejahtera.
Bagaimana bentuk jihad yang dicontohkan Rasulullah mudah mudah diikuti dari sejarah hidup nabi (Sirah Nabi) di mana akan tergambar pula di sana kegigihan beliau, kejujuran beliau, ketegasan beliau, pengorbaban beliau, sampai bagaimana cara beliau sampai menjadi pengelola negeri Madinah. Bagaimana organisasi Islam Politik yang dibangun nabi dengan mengumpulkan tokoh2 berpengaruh di masyarakatnya, satu persatu, menyusun strategi untuk memenangkn loby dengan kaum Nasrani, Yahudi, Majusi di Madinah, sampai siap menghadapi perang jika diperangi musuh.
Semoga membuka hati umat, khususnya di saat-saat memperingati kelahiran Nabinya.
Indonesia, menyambut Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1434H
Be Sociable, Share!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate